Gaduik, Tilatang Kamang — Di tengah kondisi perjuangan kemerdekaan Indonesia yang masih rapuh selepas proklamasi, muncul sebuah inisiatif luar biasa dari masyarakat Sumatera Barat, khususnya kaum perempuan “amai-amai” Minangkabau, yang membeli sebuah pesawat terbang untuk Republik – Avro Anson, yang kemudian dikenal dengan kode RI-003. Inisiatif ini terjadi pada tahun 1947, di mana Indonesia berada di bawah ancaman agresi Belanda dan blokade ekonomi serta militer yang berat.
Latar Belakang
Setelah kemerdekaan diproklamasikan 17 Agustus 1945, perjuangan melawan Belanda belum usai. Belanda melakukan serangkaian agresi militer dan membangun blokade fisik serta ekonomi untuk melemahkan Republik.
Di Sumatera Barat, tepatnya di Bukittinggi, Wakil Presiden Mohammad Hatta berkantor selama beberapa bulan (sekitar Juni 1947 hingga Februari 1948) sebagai bagian dari strategi mempertahankan daerah-daerah yang masih dikuasai Republik.
Mengetahui bahwa pemerintah pusat sangat kekurangan dana, terutama mata uang asing / cadangan devisa, Hatta mengeluarkan gagasan agar rakyat ambil bagian dalam upaya pembelian pesawat untuk kepentingan pertahanan dan suplai. Mengingat budaya masyarakat Minangkabau yang gemar menabung emas, terutama oleh kaum ibu/amai-ama, langkah ini dirasa cocok.
Pengumpulan Dana dan Pembelian
Pada 27 September 1947, dibentuk Panitia Pusat Pengumpul Emas di Bukittinggi atas inisiatif Mohammad Hatta. Tujuannya: menghimpun sumbangan masyarakat, khususnya emas perhiasan, untuk membeli pesawat. Ketua panitia adalah Mr. A. Karim, Direktur Bank Negara, dengan tokoh-tokoh lain seperti Khatib Sulaiman dan Buya Hamka turut berperan.
Kaum ibu di Bukittinggi dan daerah sekitarnya menyumbangkan liontin, gelang, anting, kalung, bahkan cincin kawin mereka. Dalam waktu relatif singkat, terkumpul sebanyak 12-14 kilogram emas murni. Emas-emas itu dilebur menjadi emas batangan/padu untuk kemudian diganti dalam transaksi membeli pesawat.
Pesawat yang dipilih adalah Avro Anson, milik Paul H. Keegan, warga negara Australia, mantan pilot RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris). Pesawat jenis Avro Anson adalah pesawat bermesin ganda, multifungsi.
Transaksi dilakukan di Thailand (Songkhla), karena Keegan tidak bisa memasuki Singapura. Pesawat tersebut dengan nomor registrasi asal VH-BBY, setelah menjadi milik pemerintah RI, diberi kode RI-003.
Proses Pemanfaatan dan Kejadian Tragis
Awal Desember 1947, pesawat diangkut ke Gaduik, dan kemudian digunakan dalam beberapa misi: antaranya untuk mengantar penjual (Keegan) kembali ke Thailand, melakukan kontak perdagangan, serta mencoba mengangkut senjata dan logistik penting guna memecah blokade Belanda.
Penerbangan yang melibatkan dua penerbang AURI: Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma (navigator) dan Opsir Udara I Iswahyudi (pilot).
Namun, misi ini berakhir tragis. Saat kembali dari Songkhla menuju Bukittinggi, pesawat RI-003 jatuh di kawasan Tanjung Hantu, Perak, Malaya (dalam perjalanan kembali ke tanah air), akibat cuaca buruk. Kedua penerbang—Halim dan Iswahyudi—gugur dalam kecelakaan tersebut. Iswahyudi belum ditemukan, sedangkan jenazah Halim kemudian dipulangkan.
Makna dan Peran RI-003 dalam Perjuangan Kemerdekaan
Simbol Nasionalisme dan Solidaritas: Pembelian pesawat ini oleh masyarakat, terutama kaum perempuan, menunjukkan betapa rakyat mampu berkontribusi langsung terhadap upaya mempertahankan kedaulatan negara, tidak hanya lewat perang fisik, tetapi juga lewat dukungan material dan moral.
Upaya Memecah Blokade: Pesawat ini diharapkan bisa membantu mengangkut senjata dan logistik dari luar negeri melalui rute yang lebih aman agar perjuangan bersenjata dapat terus berjalan. RI-003 meskipun terbatas penggunaannya akhirnya usaha kontak dan pengadaan senjata tetap dilakukan.
Mengorbankan Nyawa Pahlawan: Tragedi kecelakaan bukan sekadar kehilangan pesawat, melainkan kehilangan dua tokoh pejuang – Halim Perdanakusuma dan Iswahyudi – yang kemudian diabadikan sebagai pahlawan nasional. Pengorbanan mereka menambah bobot makna dari usaha keras rakyat.
Warisan Sejarah dan Pendidikan: Monumen replika pesawat berdiri di Nagari Gaduik, Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sebagai pengingat sejarah sekaligus sebagai daya tarik wisata sejarah. Saat ini ada rencana untuk mendirikan Museum Angkatan Udara di lokasi monumen agar generasi selanjutnya tidak lupa akan sumbangsih rakyat Minang.
Kesimpulan
Pesawat Avro Anson RI-003 yang dikenal juga sebagai Avro Anson Gaduik merupakan salah satu episode heroik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Meskipun pesawat tersebut tidak pernah benar-benar dimanfaatkan dalam skala besar karena kecelakaan yang menimpanya, nilai simbolis dari pembelian menggunakan emas rakyat, pelibatan masyarakat Minangkabau yang aktif, dan hilangnya dua pahlawan dalam tugas membuktikan bahwa perjuangan kemerdekaan bukan hanya perkara medan perang, tapi juga soal bagaimana bangsa bergotong royong, berkorban, dan menunjukkan keberanian dalam segala situasi.
(Basa)